contoh makalah dakwah persuasif








TUGAS MAHASISWA PADA JURUSAN DAKWAH
DENGAN JUDUL
KOMUNIKASI PERSUASIF

Disusun

Oleh


Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) AL-Aziziyah
                               Nama              : FAISAL
                                    Nim                 :  10150027
                                    Semester          :  VII (Tujuh)
                                    Prodi               : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)        
                         
                                   


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-AZIZIYAH SAMALANGA KABUPATEN BIREUEN
1435 H /2014 M


KATA PENGANTAR

            Kami mengucapkan Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, sebagai pencipta alam semesta, dan kepada junjugan Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita diri alam kegegelapan kepada alam yang berilmu pengetahuan yang senantiasa mengikuti tuntunan beliau sampai hari kemudian kelak nantik,pada kesempatan ini saya sudah dapat meyelesaikan sebuah tugas ini yang berjudul : Komunikasi Persuasif.
            Dan tak lupa selawat beri`igi salam kepada ulama mukaddimin dan muta`akhirin, yang ada stu-satu lg diatas bumi ini,  dan kepada semua rekan rekan saya yang selalu setia menemani saya dalam megarahkan kebaikan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada dosen dibidang studi ini yang selalu membimbing kami kepada jalan yang berilmu pengetahuan sempai sekartang ini.
            Penulis bahwa menyadari bahwa tugas masih sangat pesat atau jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu pembaca atau teman-teman mengharapkan argumen dan kritik dari sekalian untuk kelengkapan tugas ini. Akhirnya kita berserah diri kepada Allah Swt semesta, mudah-mudahan mendapat Syafa`at dan rahmat serta kebenaran darinya. Amiennnn Yarbbal A`Lamien...! 

                                                                 Samalanga,  25  Rabiul Awal  1435 H
            Penulis,

              FAISAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Dalam Pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan bai. Sesuatu tida boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip dari ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan Imam Thabrani:
“Sesngguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan dengan itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas)”.
Arah Pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara yang efektif dan efisien merupakan amalan yang di cintai Allah. Dan sebenarnya, Menejemen dlam arti mengatur segala esuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang di syariatkan dalam Islam.
            Komunikasi menyediakan alalt-alat untuk pengambilan keputusan menerima umpan-balik dan mengoreksi tujuan serta prosedur organisasi. Apabila komunikasi berhenti maka aktivitas organisasi akan berhenti. Dengan demikian tinggalah kegiatan-kegiatan individu yang tidak terorganisasi.
Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan dalam komunikasi politik. Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang lain.

A.  Rumusan Masalah
            Dalam makalah ini rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
  1. Apa yang dimaksud dengan konsep komunikasi persuasif
2.      Apa saja Nilai Persuasif Dalam Hadist Rasululah Saw
B.  Tujuan Penelitian
            Tujuan yang diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini adalah :
  1. Untuk mejelaskan dengan konsep komunikasi persuasif
  2. Untuk mendiskripsikan Nilai Persuasif Dalam Hadist Rasululah Saw.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Komunikasi Persuasif
komunikasi merupakan perintah Allah Swt yang diperintahkan kepada siapa saja yang mampu melaksanakannya. Sebab perintah dakwah/komunikasi tidak hanya dibebankan kepada para Nabi, melainkan kepada seluruh ummat yang mengakau muslim, seperti firman Allah SWT yang artinya ‘’Dan nasihat menasiahatilah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah nasiahat-menasihati dalam dosa dan keburukan’’.
Pentingnya dakwah/komunikasi menjadikan adanya titik balik munculnya bahaya meninggalakan, dakwah/komunikasi. oleh sebagian ummat islam dianggap remeh, dengan tidak adanya mereka mengambil peranan dalam komunikasi islam. Padahal Allah Swt sangat jelas akan memberikan berbagai macam azab bagi siapa yang meninggalkan dakwah. Oleh karenanya kami merasa perlu untuk mengkaji dan mencoba untuk menjelasakn  bahaya meninggalakan dakwah/komunikasi. Dengan satu tujuan yakni menyadarkan ummat atas kekhilafannya selama ini. Agar kemudian menjadiakn mereka kembali untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.
Salah satu fenomena yang saat ini bisa dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat “konvensional“ seperti, masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula dijumpai di hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Namun, fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi,
Fenomena ini mengindikasikan masih teralienasinya dakwah dari realitas sosial masyarakat disekitarnya. Aktivitas dakwah sebagai proses komunikasi penyampaian ajaran ideal Islam yang selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka, belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif.
Situasi ini merupakan cermin wajah dakwah yang belum berpijak di atas realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan realitas sosial memiliki hubungan interdependensi yang sangat kuat, terkait berkelindan. Paling tidak ada dua hal penting yang dapat diungkapkan dari hubungan
tersebut, yaitu:
1.      Realitas sosial merupakan alat ukur keberhasilan dakwah yang sekaligus menjadi cermin sosial dalam merumuskan agenda dakwah pada tahap berikutnya.
2.      Aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya merupakan pilihan strategis dalam membentuk arah perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Kemampuan membaca realitas sosial ini merupakan langkah awal yang sangat efektif untuk mengembangkan dakwah Islam. Sebagai sebuah proses membangun masyarakat yang Islami, dakwah tentu saja harus berpedoman kepada apa yang telah dituntun dan digariskan oleh al-Qur’an dan sunnah Rasul. Menurut al-Qur’an, dakwah Islam antara lain harus dilaksanakan secara hikmah (bijaksana). Hikmah adalah cara tertentu untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan sosiologis, psikologis, dan rasional. Pendekatan hikmah mengharuskan seorang da’i memahami frame of reference (kerangka pemikiran dan pandangan seseorang) dan field of experience (ruang lingkup pengalaman) mad’u yang dihadapinya.
Berkaitan dengan pertimbangan aspek psikologis dan sosiologis ini, maka pendekatan dakwah yang sesuai adalah pendekatan persuasif. Pendekatan persuasif akan memungkinkan dakwah menjadi tidak kering dan tidak impersonal karena berpijak dari kondisi mad’u serta menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik komunikasi yang efektif. Tujuan dakwah demikian tampak sesuai dengan definisi komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain.
Perubahan dimaksud bukan hanya sekadar perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang mendasar berdasarkan kesadaran dan keyakinan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi persuasif adalah proses komunikasi untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
a.      Defenisi komunikasi persiasif
            Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunication yang berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk merubah pikiran, perasaan atau perilaku orang lain (Effendi, 1992). Komunikasi juga merupakan elemen dasar dari hubungan interpersonal untuk membuat, memelihara, dan Sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi pada awalnya merupakan proses retorika dan jurnalistik yang banyak berkaitan dengan pembentukan pendapat umum (opini public). Dalam ilmu peta pengetahuan, komunikasi dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu monodisiplin yang berinduk pada ilmu politik. Namun, karena adanya proses akumulasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan serta semakin integratifnya ilmu antara yang satu dengan yang lain akhirnya menjadikan komunikasi sebagai ilmu multidisiplin. Disiplin ilmu yangtelah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi antara lain psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistic, matematika, dan ilmu elektronika. Berbagai defenisi komunikasi dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya.
Dari definisi diatas menyatakan bahwa komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia. Terdapat tiga unsur utama yang dapat dibahas guna mengidentifikasi apakah suatu peristiwa merupakan bagian dari komunikasi yang kita kaji atau bukan. Tiga unsur tersebut adalah usaha, penyampaian pesan dan antar manusia.
a)      Usaha
            Usaha menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi yang menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesannya kepada manusia lain.
b)      Penyampaian Pesan
            Komunikasi adalah perilaku manusia dalam penyampaian pesan. Dengan kata lain, ilmu komunikasi hanya mempelajari tentang penyampaian pesan, bukan perilaku lainnya selain penyampaian pesan. Jika yang disampaikan bukan pesan
maka bukan kajian ilmu komuniksi. Pesan itu harus disampaikan dengan sengaja, ada motif yang melatarinya.
c)      Antar Manusia
            Adanya manusia sebagai pengirim pesan dan manusia lain yang bertindak sebagai penerima pesan. Ilmu komunikasi tidak mempelajari komunikasi dengan yang bukan manusia. Obyek forma ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia, yakni manusia yang sehat akal budinya. Obyek materia ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, sama seperti obyek materia ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena ilmu komunikasi hanya mengkaji komunikasi antar manusia dan tidak kepada yang bukan manusia. Keefektifan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi tetapi juga oleh kemampuan diri si komunikator. Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
b.      Unsur 
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan semakin kompleks, maka demikian juga komunikasinya. Pada organisasi yang beranggotakan tiga orang, komunikasinya relative sederhana, tetapi organisasi yang beranggotakan seribu orang komunikasinya sangat kompleks.[1]
     Goldhaber (1986) memberikan defenisi komunikasi organisasi sebagai berikut, “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah
            Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
a.)    Komunikator
            Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari:
1)      Satu orang
2)      Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang
3)      Massa
b.)    Komunikan
            Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian.
c.)    Pesan
            Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal communication) :
1)      Oral (komunikasi yang dijalin secara lisan)
2)      Written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).Pesan bersifat non verbal (non verbal communication)
3)      Gestural communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan).

4)      Subjek dan materi
            komunikasi merupakan sesuatu yang sangat vital. Komunikasi berperan sangatlah penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bekerja bagi kehidupan sesorang, karena manusia itu sendiri dikenal sebagai makhluk sosial. Setiap saat pasti manusia di dunia ini melakukan komunikasi, Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan
5)      Objek dan materi
            Pada dasarnya ia menghendaki agar komunikasi  dijadikan objek ilmiah dengan dilakukannya analisis pada setiap unsur-unsurnya. Adapun definisi yang dapat ditarik berangkat dari lima unsur tersebut yakni komunikasi merupakan proses menyampaikan pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.sumber komunikasi adalah komunikator yang berperan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain yang dalam hal ini adalah sasaran, memformulasikan pesan, menggunakan lambang, dan menginterpretasikan pesan dalam pola pemahaman kontekstual.  Sasaran adalah penerima pesan yang menerjemahkan pesan disesuaikan dengan pengalaman dan pengertian dari komunikan.
            Komunikasi persuasif adalah upaya seseorang dalam mengkomunikasikan pesan kepada orang lain yang sikapnya ingin diubah atau dibentuk. Komunikasi persuasif biasanya banyak digunakan pada pekerjaan yang berhubungan dengan mempengaruhi orang lain seperti sales bahkan psikolog sendiri. Tidak mudah mengubah sikap orang lain, oleh karena itu setidaknya ada tiga hal yang perlu dipahami dalam komunikasi persuasive.
6)      Pertimbangan Primer
            Hal ini didasarkan pada istilah dasar kata Komunikasi persuasif yaitu ‘communis’ yang artinya sama. Dengan demikian Komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat kesamaan antara penerima dan pengirim. Kesamaan tersebut adalah kesamaan pengetahuan tentang bahasa atau sandi, konsep, sistem nilai, pengalaman, dan sebagainya.
            Proses Komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, yang dalam proses Komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak
             Komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer dijelaskan oleh Effendy (2000:11) adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan  lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi ialah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara  langsung mampu “menerjemahkan pikiran” dan atau perasaan komunikator pada komunikan.
            Pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Atau dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol). Bahasa sebagai media primer yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah mengandung dua jenis pengertian kata. Dua jenis pengertian kata itu yakni pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Sehingga satu kata bisa bermakna ganda. Wilbur Schramm (1971) menyatakan bahwa komunikator akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Bidang pengalaman, Schramm menambahkan, merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
7)      Proses komunikasi secara sekunder
            Proses komunikasi secara skunder merupakan proses penyampaian pesan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
            Media kedua yang digunakan komunikator, yakni seperti surat , telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Media kedua ini digunakan untuk melancarkan komunikasi media pertama yakni karena kendala  jarak yang relatif jauh atau sangat jauh. Secara umum orang  menganggap bahwa media kedua inilah media komunikasi, sedangkan seperti bahasa sering kali terlupa atau tidak diketahui perannya sebagai media karena tampaknya antara sebagai lambang (symbol) dan isi (content) tidak dapat dipisahkan.
            Pentingnya peranan media sekunder ini dalam proses komunikasi, yakni disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan.  Akan tetapi oleh para ahli, seperti diungkapkan Effendy (2000:17), bahwa diakui keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Adapun umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), yakni karena sampainya tanggapan atas reaksi khalayak terhadap komunikator memerlukan tenggang waktu. Media yang digunakan dalam proses  komunikasi  secara sekunder ini pun dapat diklasifikasikan  menjadi media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).

B.  Nilai Persuasif Dalam Hadist Rasululah Saw
1.      Deskripsi hadist
            Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan keislaman keislamnan yang disampaikan tersebut disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti islam.[1]
a.      Komunikasi Dalam Al-Quran Dan Hadits
                                                                                                                                                                                      
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ أَنَّ أُمَّ حَبِيب
بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ حَدَّثَتْهَا عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمأْجُوجَ مِثْلُ هَذَا وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ وَبِالَّتِي تَلِيهَا فَقَالَتْ زَيْنَبُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ
Artinya:
 ’’Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata, telah bercerita kepadaku 'Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binti Usamah bercerita keadanya bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan bercerita kepadanya dari Zainab binti Jahsy bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya dengan gemetar lalu bersabda: "Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang semakin dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya'juj dan ma'juj". Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?". Beliau menjawab: "Benar, jika keburukan telah mewabah".[2]
أحب الناس إلى الله  أنفعهم للناس” “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat” Kita melihat banyak sekali kelebihan dan daya yang terpendam di dalam jiwa seseorang dan kita merasakan sumber-sumber kebaikan yang tersimpan dalam diri pemiliknya. Akan tetapi hal itu tidak menular kepada orang lain, tidak memberikan manfaat dan tidak pula menyumbangkan faedah.
            Menurut A. Samover “ We Cannot Not Communicate”[3]  oleh karena itu,manusia tidak dapat terhindar dalam interaksi sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.  Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
            Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.
 Dalam hadist yang lain
a.      Komunikasi Dalam Al-Quran Dan Hadits
            صحيح مسلم
البر والصلة والآداب
صلة الرحم وتحريم قطيعتها
و حَدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ ‏ ‏حَدَّثَنِي ‏ ‏أَبِي ‏ ‏عَنْ ‏ ‏جَدِّي ‏ ‏حَدَّثَنِي ‏ ‏عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ ‏ ‏قَالَ قَالَ ‏ ‏ابْنُ شِهَابٍ ‏ ‏أَخْبَرَنِي ‏ ‏أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ‏            ‏أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ ‏ ‏وَيُنْسَأَ ‏ ‏لَهُ فِي ‏ ‏أَثَرِهِ ‏ ‏فَلْيَصِلْ ‏ ‏رَحِمَهُ  
‏َدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏جُوَيْرِيَةُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏مَالِكٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏أَنَّ ‏ ‏مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ‏ ‏أَخْبَرَهُ أَنَّ ‏ ‏أَبَاهُ ‏ ‏أَخْبَرَهُ‏أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ حَدَّثَنَا ‏ ‏مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ ‏ ‏وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَبْدِ الرَّزَّاقِ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏مَعْمَرٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏بِهَذَا الْإِسْنَادِ ‏ ‏مِثْلَهُ وَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
            Menurut A. Samover “ We Cannot Not Communicate”[1]  oleh karena itu,manusia tidak dapat terhindar dalam interaksi sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.  Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
            Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura


                [1]Lihat, larry A samover, Richard E. Potter, Nemi C. Jain. Understanding Interculturnal Commication,Wodsworth Publishing Company,Belmont,California,.23.tt.

2.      Analisa persuasif dalam hadist
            Dari makna atau penjelasan  Hadits di atas menggambarkan hakikat antara hubungan sesama kaum muslimin yang begitu eratnya menurut Islam dalam bekomunikasi. Hubungan antara mereka dalam hal kasih saying, cinta, dan pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan, yang satu sama lain saling membutuhkan, merasakan, dan tidak dapat dipisahkan. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan islam pada saat itu adalah kemampuan komunikasi Rasulullah dan para sahabat yang tidak diragukan lagi, dimana Rasulullah dan para sahabat menerapkan seluruh prinsip-prinsip komunikasi yang ada didalam al-Qur’an dengan konsisten, sehingga manusia yang secara kodrati adalah makhluk sosial yang pasti akan saling berinteraksi antara satu dan lain serta saling membutuhkan sangatlah tertarik dengan sistem komunikasi yang digunakan karana mudah diterima serta dipahami. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame umat Islam.
            Manusia sebagai makhluk sosial menduduki posisi yang sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang diberi karunia bisa berbicara. Dengan kemampuan bicara itulah, memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Sebagaimana bisa dipahami dari firman Allah yang artinya: “mengajarnya pandai berbicara” (al-Rahmân/55: 4). Banyak penafsiran yang muncul berkenaan dengan kata al-bayan, namun yang paling kuat adalah berbicara (al-nuthq, al-kalam).[4] Komunikasi selain bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan sesuai dengan yang dikomunikasikan, dan lain-lain.



                [1]Ahmad Ghulusy,ad-Da’watul Islamiyah, Kairo : Darul Kijab,1987.,h. 9.

[2]Imam bukhuri (abu Abdullah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin mughirah bin bardizbah al-                bukhori), sahih bukhori, no 3331, diunduh dari ensiklopedi kitab hadist Sembilan imam,   lidwa pustaka software.
                [3]Lihat, larry A samover, Richard E. Potter, Nemi C. Jain. Understanding Interculturnal Commication,Wodsworth Publishing Company,Belmont,California,.23.tt.
                [4]al-Thabari, Jami' al-Bayān, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988),  jilid 13, juz 27, h. 114-115, al-Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Rasyad, tt.), jilid 3, h. 415, Al-Zamakhsyari, al-Kasysyāf

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
                Dakwah/komunikasi merupakan anjuran yang dianjurkan oleh allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bagaimana balasan atau akibat meninggalkan dakwah. Allah juga berfirman dalam al-quran surah al-maidah Islam mengajarkan umatnya agar mampu berkomunikasi dengan baik, dan mengajarkan untuk ’ tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”. (Qs al-Mâidah/5:2)[1] yang berlaku dalm Islam. Karena manusia sebagai makhluk sosial menduduki posisi yang sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang diberi karunia bisa berbicara. Dengan kemampuan bicara itulah, memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Kemampuan bicara berarti kemampuan berkomunikasi.
            Berkomunikasi adalah sesuatu yang dihajatkan di hampir setiap kegiatan manusia. Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan, hampir 75 % sejak bangun dari tidur manusia berada dalam kegiatan komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi, dengan komunikasi kita juga dapat menumbuhsuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran.
B.  Saran
1.      Sebagai seorang mahasiswa komunikasi khususnya dan jurusan lain pada umumnya agar dapat memahami komunikasi organisasi, karena dimanapun kita berada kita akan bertemu dengan hal tersebut. Serta komunikasi organisasi juga bisa dijadikan konsep penelitian dilapangan nantinya.
  1. Bagi pembaca yang aktif di organisasi, praktekkanlah jika anda paham dengan apa yang telah kami sajikan.










DAFTAR PUSTAKA

Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Penerbit: Logos    Wacana Ilmu. Jakarta. 1999

Al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan fi Tafsir Ayi al-          Qur`an, t.

Ahmad Ghulusy,ad-Da’watul Islamiyah, Kairo : Darul Kijab,1987.

al-Thabari, Jami' al-Bayān, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988),  jilid 13, juz 27, h. 114-        115, al-Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Rasyad, tt.), jilid         3, h. 415, Al-Zamakhsyari, al-Kasysyāf

Al-Ashfahani, Abu al-Qasim Abu al-Husain bin Muhammad al-Raghib, al- Mufradat fi al-Gharib al-Qur`an, Mesir: Mushthofa al-Bab al-halabi, 1961.

Departemen Agama RI, . Al Quran dan Terjemahannya. Semarang: PT Karya        Putra Toha. 2002.

Guyadi, YS. Himpunan Istilah Komunikasi. Penerbit: GRASINDO. Jakarta. 1998.

Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Penerbit: Remaja Rosdakarya. Bandung.     2000.

Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan al-Qur`an. Penerbit: Mizan. Bandung.       1996 cdet. IIMembumikan al-Qur`an, Bandung: Mizan, 1995

Lihat, larry A samover, Richard E. Potter, Nemi C. Jain. Understanding      InterculturnalCommication,Wodsworth             PublishingCompany,Belmont,California,.

Sigit, Soehardi, 2003. Esensi Perilaku Organisasional. Yogyakarta: BPFE UST,






                [1]Al hidayah al quran,( banten : penerbit kalim, 2010).