TUGAS MAHASISWA PADA JURUSAN
DAKWAH
DENGAN JUDUL
KOMUNIKASI PERSUASIF
Disusun
Oleh
Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) AL-Aziziyah
Nama : FAISAL
Nim : 10150027
Semester : VII (Tujuh)
Prodi : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AL-AZIZIYAH SAMALANGA
KABUPATEN BIREUEN
1435 H /2014 M
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan Syukur
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, sebagai
pencipta alam semesta, dan kepada junjugan Nabi Muhammad Saw yang telah membawa
kita diri alam kegegelapan kepada alam yang berilmu pengetahuan
yang senantiasa mengikuti tuntunan beliau sampai hari kemudian kelak
nantik,pada kesempatan ini saya sudah dapat meyelesaikan sebuah tugas ini yang
berjudul : Komunikasi Persuasif.
Dan tak
lupa selawat beri`igi salam kepada ulama mukaddimin dan muta`akhirin, yang ada
stu-satu lg diatas bumi ini, dan kepada
semua rekan rekan saya yang selalu setia menemani saya dalam megarahkan
kebaikan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada
dosen dibidang studi ini yang selalu membimbing kami kepada jalan yang berilmu
pengetahuan sempai sekartang ini.
Penulis bahwa menyadari bahwa tugas masih
sangat pesat atau jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu pembaca atau
teman-teman mengharapkan argumen dan kritik dari sekalian untuk kelengkapan
tugas ini. Akhirnya kita berserah diri kepada Allah Swt semesta, mudah-mudahan
mendapat Syafa`at dan rahmat serta kebenaran darinya. Amiennnn Yarbbal
A`Lamien...!
Samalanga,
25 Rabiul Awal 1435 H
Penulis,
FAISAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Dalam Pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan bai.
Sesuatu tida boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip dari
ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan
Imam Thabrani:
“Sesngguhnya
Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan
dengan itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas)”.
Arah Pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara
yang efektif dan efisien merupakan amalan yang di cintai Allah. Dan sebenarnya,
Menejemen dlam arti mengatur segala esuatu agar dilakukan dengan baik, tepat
dan tuntas merupakan hal yang di syariatkan dalam Islam.
Komunikasi
menyediakan alalt-alat untuk pengambilan keputusan menerima umpan-balik dan
mengoreksi tujuan serta prosedur organisasi. Apabila komunikasi berhenti maka
aktivitas organisasi akan berhenti. Dengan demikian tinggalah kegiatan-kegiatan
individu yang tidak terorganisasi.
Komunikasi persuasif ini dapat
dipergunakan dalam komunikasi politik. Yang dikehendaki dalam komunikasi
persuasif adalah perubahan perilaku,
keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan
atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri.
Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis
serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan
dari apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi
orang lain.
A. Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
- Apa yang dimaksud dengan konsep komunikasi persuasif
2.
Apa saja Nilai Persuasif Dalam Hadist
Rasululah Saw
B. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang
diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini adalah :
- Untuk mejelaskan dengan konsep komunikasi persuasif
- Untuk mendiskripsikan Nilai Persuasif Dalam Hadist Rasululah Saw.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Komunikasi Persuasif
komunikasi
merupakan perintah Allah Swt yang diperintahkan kepada siapa saja yang mampu
melaksanakannya. Sebab perintah dakwah/komunikasi tidak hanya dibebankan kepada
para Nabi, melainkan kepada seluruh ummat yang mengakau muslim, seperti firman Allah
SWT yang artinya ‘’Dan nasihat menasiahatilah kamu dalam kebaikan dan taqwa
dan janganlah nasiahat-menasihati dalam dosa dan keburukan’’.
Pentingnya
dakwah/komunikasi menjadikan adanya titik balik munculnya bahaya meninggalakan,
dakwah/komunikasi. oleh sebagian ummat islam dianggap remeh, dengan tidak
adanya mereka mengambil peranan dalam komunikasi islam. Padahal Allah Swt sangat
jelas akan memberikan berbagai macam azab bagi siapa yang meninggalkan dakwah.
Oleh karenanya kami merasa perlu untuk mengkaji dan mencoba untuk
menjelasakn bahaya meninggalakan dakwah/komunikasi. Dengan satu tujuan
yakni menyadarkan ummat atas kekhilafannya selama ini. Agar kemudian menjadiakn
mereka kembali untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.
Salah satu fenomena yang saat ini bisa
dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah kini
tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat “konvensional“ seperti,
masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula dijumpai di hotel,
rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Namun, fenomena
paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti maraknya
tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi,
Fenomena ini mengindikasikan masih
teralienasinya dakwah dari realitas sosial masyarakat disekitarnya. Aktivitas
dakwah sebagai proses komunikasi penyampaian
ajaran ideal Islam yang selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa
masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang
menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan
cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka, belum
menggunakan teknik-teknik komunikasi yang
efektif.
Situasi ini merupakan cermin wajah dakwah yang
belum berpijak di atas realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan realitas
sosial memiliki hubungan interdependensi yang sangat kuat, terkait berkelindan.
Paling tidak ada dua hal penting yang dapat diungkapkan dari hubungan
tersebut, yaitu:
1.
Realitas sosial merupakan alat ukur
keberhasilan dakwah yang sekaligus menjadi cermin sosial dalam merumuskan
agenda dakwah pada tahap berikutnya.
2.
Aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya
merupakan pilihan strategis dalam membentuk arah perubahan masyarakat ke arah
yang lebih baik.
Kemampuan membaca realitas sosial ini merupakan
langkah awal yang sangat efektif untuk mengembangkan dakwah Islam. Sebagai
sebuah proses membangun masyarakat yang Islami, dakwah tentu saja harus
berpedoman kepada apa yang telah dituntun dan digariskan oleh al-Qur’an dan
sunnah Rasul. Menurut al-Qur’an, dakwah Islam antara lain harus dilaksanakan
secara hikmah (bijaksana). Hikmah adalah cara tertentu untuk mengajak dan
mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan sosiologis, psikologis, dan
rasional. Pendekatan hikmah mengharuskan seorang da’i memahami frame of
reference (kerangka pemikiran dan pandangan seseorang) dan field of experience
(ruang lingkup pengalaman) mad’u yang dihadapinya.
Berkaitan dengan pertimbangan aspek psikologis
dan sosiologis ini, maka pendekatan dakwah yang sesuai adalah pendekatan persuasif. Pendekatan persuasif
akan memungkinkan dakwah menjadi tidak kering dan tidak impersonal karena
berpijak dari kondisi mad’u serta menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
komunikasi yang efektif. Tujuan dakwah
demikian tampak sesuai dengan definisi komunikasi
persuasif, yakni adanya perubahan situasi
orang lain.
Perubahan dimaksud bukan hanya sekadar
perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang mendasar
berdasarkan kesadaran dan keyakinan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi persuasif
adalah proses komunikasi untuk mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis
sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
a.
Defenisi
komunikasi persiasif
Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
comunication yang berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi
juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk merubah pikiran, perasaan atau
perilaku orang lain (Effendi, 1992). Komunikasi juga merupakan elemen dasar
dari hubungan interpersonal untuk membuat, memelihara, dan Sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
komunikasi pada awalnya merupakan proses retorika dan jurnalistik yang banyak
berkaitan dengan pembentukan pendapat umum (opini public). Dalam ilmu peta
pengetahuan, komunikasi dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu monodisiplin
yang berinduk pada ilmu politik. Namun, karena adanya proses akumulasi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan serta semakin integratifnya ilmu antara yang satu dengan yang lain
akhirnya menjadikan komunikasi sebagai ilmu multidisiplin. Disiplin ilmu
yangtelah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi antara lain
psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistic,
matematika, dan ilmu elektronika. Berbagai defenisi komunikasi dibuat oleh para
pakar menurut bidang ilmunya.
Dari definisi diatas menyatakan bahwa
komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia. Terdapat tiga unsur
utama yang dapat dibahas guna mengidentifikasi apakah suatu peristiwa merupakan
bagian dari komunikasi yang kita kaji atau bukan. Tiga unsur tersebut adalah
usaha, penyampaian pesan dan antar manusia.
a)
Usaha
Usaha
menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi yang
menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesannya kepada manusia lain.
b)
Penyampaian Pesan
Komunikasi
adalah perilaku manusia dalam penyampaian pesan. Dengan kata lain, ilmu komunikasi
hanya mempelajari tentang penyampaian pesan, bukan perilaku lainnya selain
penyampaian pesan. Jika yang disampaikan bukan pesan
maka bukan kajian ilmu komuniksi. Pesan itu
harus disampaikan dengan sengaja, ada motif yang melatarinya.
c)
Antar Manusia
Adanya
manusia sebagai pengirim pesan dan manusia lain yang bertindak sebagai penerima
pesan. Ilmu komunikasi tidak mempelajari komunikasi dengan yang bukan manusia.
Obyek forma ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia, yakni
manusia yang sehat akal budinya. Obyek materia ilmu komunikasi adalah perilaku
manusia, sama seperti obyek materia ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena ilmu
komunikasi hanya mengkaji komunikasi antar manusia dan tidak kepada yang bukan
manusia. Keefektifan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
berkomunikasi tetapi juga oleh kemampuan diri si komunikator. Sumber adalah
dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka
memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen
dan sejenisnya.
b.
Unsur
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam kelompok formal maupun
informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan semakin kompleks, maka
demikian juga komunikasinya. Pada organisasi yang beranggotakan tiga orang,
komunikasinya relative sederhana, tetapi organisasi yang beranggotakan seribu
orang komunikasinya sangat kompleks.[1]
Goldhaber
(1986) memberikan defenisi komunikasi organisasi sebagai berikut, “organizational
communications is the process of creating and exchanging messages within a
network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”.
Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan
saling menukar satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau
yang selalu berubah-ubah
Komunikasi
telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga
untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu : pengirim
pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri. Awal
tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana
yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu : Source (pengirim), Message (pesan), Channel
(saluran-media) dan Receiver (penerima).
a.)
Komunikator
Pengirim
pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan
pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator dapat dilihat dari
jumlahnya terdiri dari:
1)
Satu orang
2)
Banyak orang
dalam pengertian lebih dari satu orang
3)
Massa
b.)
Komunikan
Komunikan
(penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan
komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis,
saling bergantian.
c.)
Pesan
Pesan
bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik,
gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal
communication) :
1)
Oral (komunikasi
yang dijalin secara lisan)
2)
Written
(komunikasi yang dijalin secara tulisan).Pesan bersifat non verbal (non verbal
communication)
3)
Gestural
communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan).
4)
Subjek
dan materi
komunikasi
merupakan sesuatu yang sangat vital. Komunikasi berperan sangatlah penting
dalam kehidupan manusia, baik dalam bekerja bagi
kehidupan sesorang, karena manusia itu sendiri dikenal sebagai
makhluk sosial. Setiap saat pasti manusia di dunia ini melakukan
komunikasi, Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media
pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan komunikan. Sistem
pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari
komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan
dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan
5)
Objek dan
materi
Pada dasarnya ia menghendaki agar komunikasi
dijadikan objek ilmiah dengan dilakukannya analisis pada setiap unsur-unsurnya.
Adapun definisi yang dapat ditarik berangkat dari lima unsur tersebut yakni
komunikasi merupakan proses menyampaikan pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.sumber
komunikasi adalah komunikator yang berperan dalam membentuk kesamaan persepsi
dengan pihak lain yang dalam hal ini adalah sasaran, memformulasikan pesan,
menggunakan lambang, dan menginterpretasikan pesan dalam pola pemahaman kontekstual.
Sasaran adalah penerima pesan yang menerjemahkan pesan disesuaikan dengan
pengalaman dan pengertian dari komunikan.
Komunikasi persuasif adalah upaya seseorang dalam mengkomunikasikan pesan kepada
orang lain yang sikapnya ingin diubah atau dibentuk. Komunikasi persuasif
biasanya banyak digunakan pada pekerjaan yang berhubungan dengan mempengaruhi
orang lain seperti sales bahkan psikolog sendiri. Tidak mudah mengubah sikap
orang lain, oleh karena itu setidaknya ada tiga hal yang perlu dipahami dalam
komunikasi persuasive.
6)
Pertimbangan Primer
Hal ini didasarkan pada istilah dasar kata
Komunikasi persuasif yaitu ‘communis’ yang artinya sama. Dengan demikian
Komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat kesamaan antara penerima dan
pengirim. Kesamaan tersebut adalah kesamaan pengetahuan tentang bahasa atau
sandi, konsep, sistem nilai, pengalaman, dan sebagainya.
Proses
Komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi
atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan
kepada penerima pesan sebagai komunikan, yang dalam proses Komunikasi tersebut
bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding)
antara kedua belah pihak
Komunikasi secara primer Proses komunikasi
secara primer dijelaskan oleh Effendy (2000:11) adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi ialah bahasa, kial,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan pikiran” dan atau perasaan komunikator pada komunikan.
Pikiran dan atau perasaan seseorang
baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang.
Atau dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).
Bahasa sebagai media primer yang paling banyak digunakan dalam komunikasi
adalah mengandung dua jenis pengertian kata. Dua jenis pengertian kata itu
yakni pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Sehingga satu kata bisa
bermakna ganda. Wilbur Schramm (1971) menyatakan bahwa komunikator akan
berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni panduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings)
yang pernah diperoleh komunikan. Bidang pengalaman, Schramm menambahkan,
merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar.
7)
Proses komunikasi secara sekunder
Proses
komunikasi secara skunder merupakan proses penyampaian pesan yang disampaikan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Media kedua yang digunakan komunikator, yakni seperti surat , telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Media kedua ini digunakan untuk melancarkan komunikasi media pertama yakni karena kendala jarak yang relatif jauh atau sangat jauh. Secara umum orang menganggap bahwa media kedua inilah media komunikasi, sedangkan seperti bahasa sering kali terlupa atau tidak diketahui perannya sebagai media karena tampaknya antara sebagai lambang (symbol) dan isi (content) tidak dapat dipisahkan.
Pentingnya peranan media sekunder ini dalam proses komunikasi, yakni disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Akan tetapi oleh para ahli, seperti diungkapkan Effendy (2000:17), bahwa diakui keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Adapun umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), yakni karena sampainya tanggapan atas reaksi khalayak terhadap komunikator memerlukan tenggang waktu. Media yang digunakan dalam proses komunikasi secara sekunder ini pun dapat diklasifikasikan menjadi media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).
Media kedua yang digunakan komunikator, yakni seperti surat , telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Media kedua ini digunakan untuk melancarkan komunikasi media pertama yakni karena kendala jarak yang relatif jauh atau sangat jauh. Secara umum orang menganggap bahwa media kedua inilah media komunikasi, sedangkan seperti bahasa sering kali terlupa atau tidak diketahui perannya sebagai media karena tampaknya antara sebagai lambang (symbol) dan isi (content) tidak dapat dipisahkan.
Pentingnya peranan media sekunder ini dalam proses komunikasi, yakni disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Akan tetapi oleh para ahli, seperti diungkapkan Effendy (2000:17), bahwa diakui keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Adapun umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), yakni karena sampainya tanggapan atas reaksi khalayak terhadap komunikator memerlukan tenggang waktu. Media yang digunakan dalam proses komunikasi secara sekunder ini pun dapat diklasifikasikan menjadi media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).
B.
Nilai
Persuasif Dalam Hadist Rasululah Saw
1. Deskripsi hadist
Komunikasi
Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan
prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka
komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah
atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya
bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan
dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan keislaman keislamnan yang
disampaikan tersebut disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau
ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti islam.[1]
a.
Komunikasi
Dalam Al-Quran Dan Hadits
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ
أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ
الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ أَنَّ أُمَّ حَبِيب
بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ حَدَّثَتْهَا
عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ
يَأْجُوجَ وَمأْجُوجَ مِثْلُ هَذَا وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ وَبِالَّتِي تَلِيهَا
فَقَالَتْ زَيْنَبُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا
الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ
Artinya:
’’Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan
kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata, telah bercerita kepadaku 'Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binti Usamah bercerita keadanya
bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan bercerita kepadanya dari Zainab binti Jahsy
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya dengan gemetar lalu
bersabda: "Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan
yang semakin dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya'juj dan ma'juj".
Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya.
Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah kita
akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang
shalih?". Beliau menjawab: "Benar, jika keburukan telah
mewabah".[2]
“أحب الناس إلى الله أنفعهم
للناس” “Manusia yang paling
dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat” Kita melihat banyak sekali
kelebihan dan daya yang terpendam di dalam jiwa seseorang dan kita merasakan
sumber-sumber kebaikan yang tersimpan dalam diri
pemiliknya. Akan tetapi hal itu tidak menular kepada orang lain, tidak
memberikan manfaat dan tidak pula menyumbangkan faedah.
Menurut
A. Samover “ We Cannot Not Communicate”[3]
oleh karena itu,manusia tidak dapat terhindar dalam interaksi
sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan
berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat
mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam
perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam
berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita
dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1)
Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5)
Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.
Dalam hadist yang lain
a.
Komunikasi
Dalam Al-Quran Dan Hadits
صحيح مسلم
البر والصلة والآداب
صلة الرحم وتحريم قطيعتها
و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ
اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ
بْنُ خَالِدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ
مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ
لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
َدَّثَنِي
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ حَدَّثَنَا
جُوَيْرِيَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَنَّ مُحَمَّدَ
بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُأَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ
حُمَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ
الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Menurut
A. Samover “ We Cannot Not Communicate”[1]
oleh karena itu,manusia tidak dapat terhindar dalam interaksi
sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan
berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat
mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam
perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam
berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita
dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1)
Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5)
Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura
2.
Analisa
persuasif dalam hadist
Dari makna atau penjelasan Hadits di atas menggambarkan hakikat antara
hubungan sesama kaum muslimin yang begitu eratnya menurut Islam dalam
bekomunikasi. Hubungan antara mereka dalam hal kasih saying, cinta, dan
pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan, yang satu sama lain saling
membutuhkan, merasakan, dan tidak dapat dipisahkan. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan islam pada saat itu adalah kemampuan komunikasi Rasulullah dan
para sahabat yang tidak diragukan lagi, dimana Rasulullah dan para sahabat
menerapkan seluruh prinsip-prinsip komunikasi yang ada didalam al-Qur’an dengan
konsisten, sehingga manusia yang secara kodrati adalah makhluk sosial yang
pasti akan saling berinteraksi antara satu dan lain serta saling membutuhkan
sangatlah tertarik dengan sistem komunikasi yang digunakan karana mudah
diterima serta dipahami. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa hubungan
antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang
saling melengkapi. Hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame
umat Islam.
Manusia
sebagai makhluk sosial menduduki posisi yang sangat penting dan strategis.
Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang diberi karunia bisa
berbicara. Dengan kemampuan bicara itulah, memungkinkan manusia membangun
hubungan sosialnya. Sebagaimana bisa dipahami dari firman Allah yang artinya:
“mengajarnya pandai berbicara” (al-Rahmân/55: 4). Banyak penafsiran yang muncul
berkenaan dengan kata al-bayan, namun yang paling kuat adalah berbicara
(al-nuthq, al-kalam).[4] Komunikasi selain bersifat informatif, yakni agar orang lain
mengerti dan paham, juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran
atau informasi yang disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan sesuai
dengan yang dikomunikasikan, dan lain-lain.
[2]Imam bukhuri (abu Abdullah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin mughirah bin
bardizbah al- bukhori), sahih bukhori, no 3331, diunduh dari ensiklopedi kitab hadist Sembilan imam, lidwa pustaka software.
[4]al-Thabari,
Jami' al-Bayān, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), jilid 13, juz 27, h.
114-115, al-Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Rasyad, tt.), jilid
3, h. 415, Al-Zamakhsyari, al-Kasysyāf
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah/komunikasi merupakan anjuran yang dianjurkan oleh allah SWT.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bagaimana balasan atau akibat
meninggalkan dakwah. Allah juga berfirman dalam al-quran surah al-maidah Islam mengajarkan umatnya agar mampu berkomunikasi dengan baik, dan
mengajarkan untuk ’
tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”. (Qs al-Mâidah/5:2)[1] yang berlaku dalm Islam. Karena manusia sebagai makhluk sosial menduduki
posisi yang sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya
makhluk yang diberi karunia bisa berbicara. Dengan kemampuan bicara itulah,
memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Kemampuan bicara berarti
kemampuan berkomunikasi.
Berkomunikasi adalah sesuatu yang dihajatkan di hampir
setiap kegiatan manusia. Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan, hampir 75 %
sejak bangun dari tidur manusia berada dalam kegiatan komunikasi. Dengan komunikasi
kita dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara
kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi,
dengan komunikasi kita juga dapat menumbuhsuburkan perpecahan, menghidupkan
permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat
pemikiran.
B. Saran
1.
Sebagai seorang mahasiswa komunikasi khususnya
dan jurusan lain pada umumnya agar dapat memahami komunikasi organisasi, karena
dimanapun kita berada kita akan bertemu dengan hal tersebut. Serta komunikasi
organisasi juga bisa dijadikan konsep penelitian dilapangan nantinya.
- Bagi pembaca yang aktif di organisasi, praktekkanlah jika anda paham dengan apa yang telah kami sajikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Penerbit:
Logos Wacana Ilmu. Jakarta. 1999
Al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir,
Jami’ al-Bayan fi Tafsir Ayi al- Qur`an,
t.
Ahmad
Ghulusy,ad-Da’watul Islamiyah, Kairo : Darul Kijab,1987.
al-Thabari,
Jami' al-Bayān, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), jilid 13, juz 27, h. 114- 115, al-Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir,
(Beirut: Dar al-Rasyad, tt.), jilid 3,
h. 415, Al-Zamakhsyari, al-Kasysyāf
Al-Ashfahani, Abu
al-Qasim Abu al-Husain bin Muhammad al-Raghib, al- Mufradat fi al-Gharib al-Qur`an, Mesir: Mushthofa al-Bab al-halabi,
1961.
Departemen Agama RI, . Al Quran dan Terjemahannya. Semarang: PT Karya Putra Toha. 2002.
Guyadi, YS. Himpunan
Istilah Komunikasi. Penerbit: GRASINDO. Jakarta. 1998.
Retorika Modern:
Pendekatan Praktis. Penerbit: Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan al-Qur`an. Penerbit: Mizan.
Bandung. 1996 cdet. IIMembumikan
al-Qur`an, Bandung: Mizan, 1995
Lihat, larry A
samover, Richard E. Potter, Nemi C. Jain. Understanding InterculturnalCommication,Wodsworth PublishingCompany,Belmont,California,.
Sigit, Soehardi, 2003. Esensi
Perilaku Organisasional. Yogyakarta: BPFE UST,